Antara Kepemimpinan Kaum Muda dan Tua


By: Khozinurrahman
Sumber Gambar - Source: suaramuda1.blogspot.com


Memasuki Pemilu 2009, wacana kepemimpinan golongan muda mulai berhembus. Dikotomi generasi kepemimpinan nasional mencuat dipermukaan dan hangat didiskusikan. Publik mulai mempertanyakan efektifitas kepemimpinan golongan tua di segala lini kehidupan masyarakat, bersamaan dengan proses penantian panjang kepemimpinan golongan muda dalam berkiprah.

Kepemimpinan golongan muda, ditawarkan sebagai solusi, dengan asumsi, golongan muda memiliki semangat, progresifitas, kreativitas dan idealisme yang tinggi dan masih terjaga.
Wacanapun terus bergulir dan menjadi topik yang kian marak diperbincangkan akhir-akhir ini, baik dalam diskusi politik di kalangan terbatas, maupun di sejumlah media massa, yang tentu saja tak luput menuai pro dan kontra.
Namun sangat disayangkan, politikus muda masih belum solid dalam melakukan konsolidasi, sehingga belum ada yang benar-benar serius berjibaku dengan massa, melemparkan ide-ide pembaharuan, untuk membalikkan opini secara cerdas dan matang. Sampai sekarang, belum ada tokoh muda yang berani mendeklarasikan diri sebagai calon presiden.
Muncul satu kesan, bahwa sebenarnya golongan muda butuh untuk didorong dari golongan tua untuk maju ke muka pentas calon presiden. Golongan tua diminta untuk menggelar karpet merah untuk golongan muda, supaya mau masuk dan bertarung di arena kepemimpinan nasional. Maka tidaklah heran jika golongan muda mendapatkan sindiran dari golongan tua bahwa “golongan muda terlalu banyak meminta”.
Mengutip pendapat salah satu tokoh bahwa pemuda lebih cocok mencipta ketimbang memutuskan, Lebih cocok bertindak ketimbang menimbang, lebih cocok menggarap proyek baru ketimbang proyek mapan. Orang Tua terlalu sering menolak, terlalu lama berunding, terlalu sedikit berbuat (Francis Bacon). Sungguh baik bila terpadu keduanya, karena problema bisa terpecahkan oleh dua golongan .
Sebelum kita membandingkan siapa yang sebaiknya kita jadikan sebagai sosok yang patut di jadikan pemimpin, kita harus memahami konsepsi ideal yang seharusnya di bangun seperti apa pemimpin, kriteria apa yang harus dimiliki oleh pemimpin dan sebagainya. Tentunya barometer usia bukanlah menjadi alasan mutlak seseorang bisa menjadi pemimpin tapi harus ada barometer-barometer penting seseorang untuk bisa dikatakan layak untuk memimpin.
Apa sih kepemimpinan itu? Mungkin dalam keseharian, kita sering menjumpai istilah ini, baik dalam lingkup kerja, organisasi, atau bermasyarakat. Pemimpin dan kepemimpinan itu berbeda, yaitu antara orang yang memimpin dan gaya atau cara memimpin untuk mencapai tujuan. Lantas ada pula pertanyaan, apakah pemimpin dengan sendirinya memiliki kepemimpinan?
Lebih jelasnya mengenai definisi ini, penulis akan mengutip pendapat pakar Schneider, Donaghy dan Newman “Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang secara formal diberi status tertentu melalui pemilihan, pengangkatan, keturunan, revolusi atau cara-cara lain. Kepemimpinan mengacu kepada prilaku yang ditunjukkan seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok dalam mencapai tujuannya”.
Sumber Gambar - Source: maritasetyaningsih.blogspot.com

Dari definisi tersebut, maka jawaban untuk pertanyaan diatas masih relatif. Bisa dikatakan ya, dan bisa juga tidak. Dikatakan “Ya” karena memang setiap pemimpin memiliki gaya dan cara yang berbeda-beda dalam memimpin. Dan dikatakan “Tidak”  apabila dalam memimpin, orang tersebut tidak berhasil membawa kelompoknya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Berbicara kepemimpinan berarti kita berbicara masalah prilaku, gaya atau cara. Kaitannya dengan hal ini, maka ada 3 ciri pokok dari kepemimpinan, yaitu :Persepsi sosial, Kemampuan berpikir abstrak, dan Keseimbangan emosional. Tiga hal inilah yang akan kita bahas dalam kaitannya “Antara Kepemimpinan Kaum Muda dan Tua”.
1. Persepsi Sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Hal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
2. Kemampuan berpikir Abstrak, yang berarti memiliki kecerdasan yang tinggi. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan menafsirkan, menganalisis dan bahkan insting yang kuat dalam menghadapi suatu keadaan. Disini, dalam mengambil suatu keputusan atau kebijakan, pemimpin harus mengambil suatu resiko.
3. Keseimbangan emosional. Hal ini tentunya sangat penting ketika seorang pemimpin menghadapi masalah. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang sanggup mengendalikan emosinya, dan bukan dia yang dikendalikan oleh emosi.
Dari ciri tersebut, jika penulis analisa secara obyektif nampaknya Kaum tua lebih mendominasi dari ketiganya meskipun tidak semua. Dalam mengambil keputusan, Kaum tua lebih banyak berpikir berdasarkan pengalamannya, sehingga kemungkinan resiko kegagalan sedikit banyaknya dapat diminimalisir. Kaum tua juga memiliki persepsi sosial dan stabilitas emosional yang cukup baik, mungkin karena faktor kedewasaan, pengalaman dan kematangan pemikiran. Biasanya dalam menilai orang lain dalam kelompoknya, Kaum tua lebih cenderung bercermin kepada dirinya sendiri. Namun, jika kita bertolak kepada kepemimpinan Kaum Muda, juga ada beberapa ciri yaitu:
1. Lebih antusias dan bersemangat
2. Cenderung lebih egois dan menang sendiri, yang sangat erat kaitannya dengan stabilitas emosi.
3. Bertindak dengan orientasi pada hasil dan prestasi untuk mendapatkan pengakuan
4. Terlalu cepat dalam mengambil keputusan, atau berani dalam bertindak.
5. Bertanggung jawab
Dari ciri pokok ini, kepemimpinan muda memang masih jauh untuk memenuhi ketiga ciri pokok itu tadi. Namun, beberapa ciri positif yang dimiliki Kaum muda ini tidak dimiliki oleh kepemimpinan kaum tua, dimana ketika kedua golongan leadership ini dikonvergensikan, akan menciptakan kepemimpinan yang lebih solid ketimbang kepemimpinan yang didominasi oleh kaum tua saja, seperti yang terjadi di negara kita sekarang. Jadi menurut hemat saya, sangatlah pantas apabila Kaum Muda diberi kesempatan untuk mengemukakan apresiasinya dan atau memberikan gaya yang berbeda dalam memimpin sebuah negara.
Regenerasi kepemimpinan muda memang tidak bisa dengan paksaan, sudah bukan jamannya lagi. Semua perlu proses, dan pembuktian diri adalah menjadi kata kunci melewati proses tersebut. Karena rakyatlah yang akhirnya menentukan siapa sesungguhnya yang diperlukan dan yang pantas memimpin. Semua meski lapang dada membuat kesimpulan jauh-jauh hari sebelumnya, bahwa yang terpilih adalah the best choice dari rakyat, entah dia golongan tua ataupun golongan muda, kita harus legowo menerima dan mendukungnya demi kemaslahatan bangsa dan negara kedepan.


Antara Kepemimpinan Kaum Muda dan Tua Antara Kepemimpinan Kaum Muda dan Tua Reviewed by Unknown on 23:38 Rating: 5

No comments:

ads
Powered by Blogger.