“SEBELAS NOVEMBER”
By : Khozinurrahman
Cerita
ini tak ada hubungan dengan apapun. 11 November dalam ceritaku, kalau mau
dihubung-hubungankan, sangat erat sekali dengan sahabatku.
Sahabatku
itu, menganggap angka sebelas adalah angka yang keramat dan sangat istimewa.
Dikatakan demikian karena dua angka satu yang berdiri berbaris itu memiliki
peran penting dalam perjalanan kehidupannya. Dan mungkin kehidupan sahabatku
itu tak lepas dari angka sebelah yang selalu menjadi motivasinya.
Tak
perlu waktu lama untuk merasakan kehadiran kehadiran sahabatku, karena angka
sebelas selalu saja aku lihat, baik melihat dua pohon yang berdiri tegak atau
tatkala belajar menghitung. Cukup hanya dengan memandang angka sebelas, akan
datang dalam ingatan. “Kau dulu pernah menjadi wanita yang selalu menemani dan
mengisi hari-hariku, walaupun tidak begitu lama”.
Sekarang
semuanya hanya tinggal kenangan, ya hanyalah kenangan yang akan selalu kita
ingat.
***
Aku
selalu melarutkan diriku, berlama-lama mengingat sahabtku itu, karena kisah-kisah
dengannya yang menjelma kenangan manis dalam ingatanku.
Apalagi,
sebelas November-nya yang dahsyat. Yang tak kusangka-sangka ternyata lebih
indah dari sebelas Januari yang sering dilagukan teman-temanku.
***
Kita
tinggalkan dulu tentang si perempuan sipit dengan angka sebelasnya. Mari urai perjalanan
perempuan sipit itu dengan sahabatnya.
Di
malam yang sunyi, perempuan bermata sipit itu telah mampu menyeret kesadaranku.
Udara dingin pegunungan menusuk-nusuk tulangku. Telah lama kita bersama dan
bercanda tawa. Aku sangat paham betul dengan gayanya perempuan sipit itu ketika
ia tiba di dekatku, dia langsung melempar senyum merona.
"Menjauhlah
dariku," bilannya. Namun aku tidak menghiraukannya.
"Aku
menyesal mengenalmu, apalagi telah begitu akrab denganmu. Aku tidak mau rusak
persahabatanku dengan dengannya gara-gara aku terlalu akrab denagnmu,"
gumamnya sekali lagi.
"Mengapa
kamu bisa bilang begitu? Apa salahku?"
Inilah
secuil pertanyan yang mampu menghilangkan akal kesadaranku.
Setalah
itu, kita sama-sama bungkam seribu bahasa, karena tak ada satu pun bahasa yang
pantas menjawab dari pertanyaan itu. Aku mencoba menghilangkan keheningan
suasana pada malam itu.
Aku
tatap wajahnya yang mulai lembab basah, walau dia tidak sampai meneteskan air
mata, karena dia dengan cepat menghilang dari hadapanku. Ada rasa iba dalam
hatiku. Aku heran mengapa dia bisa berkata seperti itu. Padahal dia begitu baik
padaku. Ada apa dengannya? mengapa dia berubah garang seperti ini? Hidup memang
penuh misteri.
*
* *
Malam
kian larut, udara semakin dingin. Kami sudah satu jam duduk bersama tapi tidak
ada sepatah kata pun yang terlontar dari mulut kami, karena sama-sama
dipersibukkan dengan fikirannya masing-masing. Aku mencoba merangkai kata-kata
yang sudah lama hilang dirimbunan maya.
"Fit,
sekarang sandiwaramu sudah berakhir. Kau tak usah berpura-pura baik atau pun
peduli padaku, karena aku tak layak mendapatkan semua itu. Aku sudah tahu
semuanya."
Dia
sepertinya agak terkejut dengan omonganku. Perlahan ia mulai mengangkat
wajahnya yang begitu layu itu.
"Aku
tak mengerti apa yang kau bicarakan dari tadi. Sungguh aku tak mengerti. Aku tak
pernah membohongimu apalagi bersandiwara.
Aku
ngerti betul siapa dirimu, walau kita belum lama saling mengenal satu sama lain.
Kita
telah bersepakat kalau diantara kita tidak ada perasaan apa-apa, semuanya hanya
sebagai sahabat yang baik.
Jujur,
dalam hatiku tidak pernah terlintas untuk menghancurkan persahabatanmu dengan
dengannya, dan aku juga tidak mau persahabatan kita juga hancur hanya persoalan
perasaan atau hal yang lain. Aku hanya mau berteman baik dengan semuanya
apalagi denganmu, dan aku minta maaf jika sikapku yang mungkin terlalu
berlebihan sehingga membuat temenmu harus memiliki perasaan lebih kepadaku,
inilah aku dengan segala kekuranganku. Dan tentunya kamu juga telah faham
dengan diriku, karena aku telah berbicara jujur dan panjang lebar tentang siapa
aku sebenarnya.
Tujuanku
menemuimu hanya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan kita. Mengapa kau
selalu mencoba menjauh dariku, padahal aku tidak pernah menyakitimu. Aku masih pengen
bersahabat denganmu dan memimpikan kalau persahabatan kita akan utuh
selamanya," perlahan dia kembali merunduk dan bisu.
Aku
tak tau harus berkata apa dan harus dimulai dari mana. Aku merasa bersalah
dengan sikapku. Tapi cara yang seperti inilah yang harus kulakukan agar ini
semua terjadi seperti yang kuinginkan.
"Aku
hanya lelaki yang tidak punya kelebihan sedikitpun. Namun, kau telah sangat
baik, dan bagiku kau terlalu sempurna. Kamu mungkin tidak menginginkan aku harus
bersamamu, karena keberadaanku hanya akan membuat kamu semakin dibenci sama teman-temanmu.
Dan keputusan kamu mulai saat ini harus menjauh dariku, mungkin ada benarnya,
karena semakin lama kamu bersamaku maka semakin sangat dibenci sama
teman-temanmu.
Permintaanku
sama kamu, jangan pernah kamu mencoba mengubur semua kenangan yang pernah kita
lalui bersama.
“Maafkan
aku".
"di
hari ulang tahunmu, ada satu yang ingin kupinta dari kamu. Kau tidak boleh
menangis, karena keragaman warna langit akan tetap menghantarmu dan menyertaimu
pada kabilah-kabilah cinta yang lain. aku akan selalu mengingatmu dan mengenang
awal jumpa kita.
Lumakan
semuanya, kita tatap hari esok dengan sama-sama mengejar cita-cita kita
masing-masing. Kita buktikan bahwa aku dan kamu mampu mengejar cita-cita yang
kita inginkan".
Kuhadapkan
wajah ke langit. Bintang-gemintang menjadi saksi bisu tentang pertemuan kita.
"kamu
lihat bintang-bintang itu".
"Ada
apa dengan bintang itu?" tanyanya.
"Aku
selalu menyamakanmu layaknya bintang, karena bagiku bintang itu adalah
kehadiranmu. Makanya aku ingin kau tetap menjadi bintang dilangit yang
terus-menerus mengerlip tanpa mengenal kata lelah. Dan tahukah kami, hanya
bintanglah yang tidak pernah mengalami gerhana, tidak demikian dengan
bulan".
Semoga
persahabatan kita akan selamanya terjaga, aku bangga memiliki sahabat sepertimu….!!!
*
* *
*Kado Ultah Sahabat
“SEBELAS NOVEMBER”
Reviewed by Unknown
on
13:50
Rating:
No comments: