Singkap Tirarah, Estetika Tradisi Lereng Bukit
Singkap Tirarah merupakan sebuah trdisi yang bernuansa relegius yang dilakukan oleh masyarkat lereng bukit di Desa Caplok Kecamatan Lenteng kabupaten Sumenep, Madura.
Upacara singkap tirarah adalah
bentuk kecil dari pranata budaya yang telah mengakar dalam tatanan kehidupan
masyarakat Madura, khususnya yang hidup lereng bukit. Singkap tirarah dianggap
sebagai serangkaian upacara sakral yang masih mengandung nilai-nilai mistik,
yang berkaitan dengan proses keberlangsungan kehidupan manusia secara
turun-temurun.
Sumber Gambar - Source: plat-m.com |
Upacara tradisional ini lahir di
masyarakat pelosok, tepatnya di desa yang terapit dengan dua bukit yaitu bukit
larangan dan bukit caplok.
Tradisi singkap tirarah merupakan
salah satu bentuk kegiatan upacara tradisional yang terus berkembang di lereng
bukit caplok hingga saat ini. Kegiatan upacara tradisional ini merupakan acara
selamatan ketika sudah mau memasuki musim hujan atau bulan penghujan.
Adanya ritual yang seperti ini sesungguhnya
merupakan justifikasi dari agama Islam, karena Islam menyuruhnya untuk
melakukan ritual selamatan kerena hujan yang turun memiliki manfaat dan juga
mudarat. Dan ketika dilihat dari kacamata sosial adat yang seperti ini juga
memiliki banyak keistimewaan, di antaranya sebagai upaya memperkuat kembali
rasa kebersamaan dan persatuan diantara masyarakat.
Upacara Singkap Tirarah ini pada
dasarnya merupakan sebuah ungkapan dan wujud rasa syukur bagi masyarakat Caplok.
Juga sebagai upaya untuk memohon pertolongan dan perlindungan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, agar di saat musim hujan nanti masyarakatnya dapat selamat, sehingga
turunnya hujan ke bumi dapat membawa hikmah menuju kesempurnaan dan keselamatan
serta terhindar dari segala bentuk gangguan berupa banjir, longsor, gempa dan
sebagainya.
Upacara seperti itu juga diyakini
oleh masyarakat pulau Madura yang mampu membentengi desanya dari malapetaka.
Namun ada beberapa dorongan atau motivasi, kenapa desa Caplok menyelengarakan
upacara singkap tirarah itu. Yaitu serta-merta karena masyarakat lereng
bukit mempunyai kepercayaan yang sangat kuat. Sekaligus sebagai lambang rasa
syukur pada sang pencipta dan rasa solidaritas primodial. Yang secara
turun-temurun dilestarikan oleh masyarakat madura pada umumnya. Dan ritual
Singkap Tirarah itu mencerminkan salah satu etik status sosial masyarakat
madura yang hidup di lereng bukit pegunungan.
Kegiatan upacara Singkap
Tirarah ini biasanya dilaksanakan di dalam hutan atau di gua-gua yang dianggap
keramat. Artinya ketika masyarakat Caplok mau melaksanakan upacara ini tidak
dalam sembarang waktu dan tidak sembarang tempat. Ada waktu dan tempat-tempat
tertentu yang oleh masyarakat Caplok dianggap Istijabah dari malam-malam
yang lain, seperti malam jumat kliwon dan senin legi.
Dan biasanya yang mengetahui
malam-malam beserta tempat tersebut hanya para sesepuh dusun. Tetapi tidak
semua para sesepuh dusun itu mengetahuinya. Oleh karena itu, ketika ada
sebagian masyarakat Caplok yang akan menyelenggarakan upacara singkap tirarah,
biasanya terlebih dahulu menanyakan tentang malam istijabah itu pada para
sesepuh dusun tersebut.
Prosesi kegiatan upacara
Singkap Tirarah ini biasanya diawali dengan pembakaran kayu-kayu yang sudah
mereka kumpulkan satu hari sebelum acara ini dilakukan. Setelah kayu itu
dibakar, semua warga yang hadir duduk bersila disekeliling api. Ritual ini
dimualai dari jam 22.00-sampai jam 06 pagi hari.
Selanjutnya sang dukun perempuan
meyiramkan air kembang tujuh warna sambil membaca mantra-mantra atau do’a.
Pengguyuran dan pengucapan mantra-mantra tersebut dimaksudkan agar desa Caplok
nanti kalau sudah musim hujan dapat terhindar dari berbagai macam
peristiwa-peristiwa yang sedang berkembang dalam kehidupan di muka bumi
ini.
Setelah itu selesai, biasanya
mereka berbondong-bondong membuang bermacam macam tanaman yang diambil dari
unsur bumi, seperti beras, jagung, dan sebagainya pada dalam gua itu.
Anggapan mereka bahwa lereng bukit yang mereka tempati itu memiliki
penunggu, yang mereka beri nama dengan sebutan “Simboh”. Simboh bagi masyarakat
Caplok merupakan sosok Jin muslim yang memeliki kekuatan yang luar biasa.
Makanya tak heran kalau masyarakat Caplok memiliki kepercayaan bahwa
serangkaian do’a dan ritul yang mereka lakukan dapat diterima melalui
pelantaraan Simboh itu tadi.
Lalu sang dukun kembali melantunkan
mantra-mantranya yang paling terakhir yang disebut mantra gasihan. Pada
pembacaan mantra yang terakhir, mereka menabur beras kuning yang
sudah dicampur dengan uang logam. Dan biasanya upacara Singkap Tirarah ini
biasanya diakhiri dengan selamatan (makan bersama-sama) dan do’a bersama yang
dipimpin oleh sesepuh desa. Pada waktu paginya sehabis pelaksanaan itu banyak
anak-anak yang datang dengan saling berebutan untuk mendapatkan uang logam yang
telah di tabur oleh sang dukun tadi malam.
Tapi herannya, Pergeseran zaman
dari tradisional pada era modern ini tidak menjadikan kekayaan lokal (local
wisdom) merubah tatanan kehidupan masyarakat Caplok yang hidup dilereng
bukit, untuk tidak melestarikan budaya yang telah ditinggal oleh nenek
moyangnya. Makanya hingga sekarang masyarakat Caplok masih tetap mempunyai
keyakinan atau kepercayan yang sangat kuat terhadap upacara-upacara tradisional
yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya (wafat). Salah satunya yaiatu
mengenai upacara ritual Singkap Tirarah ini.
Tradisi ritual yang mereka
lestarikan itu sudah ada penyatuan (akulturasi) antara budaya lokal dengan
budaya Islam, dengan tampa harus menghilangkan adat dan nilai nilai yang ada
pada agama Islam itu sendiri. Acara ritul yang demikian merupakan sebuah
rutinitas yang sudah wajib dilakukan sebalum memasuki musim penghujan datang.
Namun inti dari ritual dan acara
yang mereka lakukan hanya dalam rangka menguatkan tali silaturrahmi diantara
sesama masyarakat madura khususnya masyarakat caplok.
Inilah yang melahirkan mayoritas
masyarakat Caplok kental dengan berbagai kebudayaan dan tradisi yang bisa kita
petik bersama. Karena semua khazanah yang diwariskan oleh leluhur kita, ada hikmah
yang terpendam di dalam semua kegiatan yang ada. Seperti upacara singkap
tirarah yang telah dilestarikan oleh masyarakat Caplok. Dan pasti upacara
tersebut telah memberikan nilai-nilai positif terhadap hidup masyarakat caplok,
sehingga tak ada alasan untuk tidak melestrikan upacara singkap tirarah ini.
Singkap Tirarah, Estetika Tradisi Lereng Bukit
Reviewed by Unknown
on
23:49
Rating:
No comments: