Mengubah Sistem Pendidikan Kita

Judul :Brain-Based Learning: Cara Baru dalam Pembelajaran dan Pelatihan
Penulis :Eric Jensen
Penerbit : Pusataka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : I, Desember 2008
Tebal : xxii+600 Halaman
Peresensi : Khozinurrahman*)

Bertahun-tahun bahkan berabad-abad sejumlah ilmuan melakukan penelitian yang berkaitan dengan kinerja otak manusia. Hasilnya adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih baik sekaligus lebih alami, yang dikenal sebagai pembelajaran brain-compatible atau brain-base, yang merupakan system pembelajaran yang berbasis pada kemampuan otak.
Jika kita amati dari kaca mata sejarah, tentang munculnya sistem pembelajaran berbasis kemampuan otak yaitu sekitar tahun 1990-an, dan cabang ilmu ini telah berkembang pesat menjadi lusinan subdisiplin yang membingungkan. Sehingga hasil dari penelitian ini di respon baik utamanya bagi para guru dan pembelajar di seluruh dunia.
Mengapa penemuan baru tentang otak sangat penting bagi para guru yang mengajar di kelas? Karena selama bertahun-tahun para pendidik hanya selalu melemparkan jala sebanyak-banyaknya dengan tujuan agar peserta didik dapat menangkap semua pembelajaran yang ada di bangku sekolah, padahal kapasitas otak setiap peserta didik tidak sama.
Buku yang berjudul “Brain-Based Lerning: cara Baru dalam pembelajaran dan pelatihan”, yang ditulis oleh Eric Jensen, menuntut kita untuk mengiinisiasi perubahan fundamental terhadap pemikiran. Karena banyak hal yang membuat kita harus selalu berhadapan dengan beberapa permasalahan pembelajaran seperti sekarang ini.
Prioritas jangka pendek, program-program pendidikan guru yang sudah ketinggalan jaman, para pemimpin yang tak mempunyai visi, mentalitas” program perminggu”, system yang jangkal, penganggaran yang mencekik, perselisishan hierarkis, serta kecemburuan professional semua memberi kontribusi terhadap permasalahan pemikiran tersebut, sehingga ini semua harus segera dihentikan (hal..).
Pembelajaran berbasis pada otak adalah cara berpikir baru tentang proses pembelajaran. Ini bukan sebuah program, dogma atau resep bagi para guru, namun ini hanyalah merupakan serangkaian prinsip, serta dasar pengetahuan dan keterampilan yang dengannya kita dapat membuat keputusan-keputusan yang lebih baik tentang proses pembelajaran yang memang di butuhkan saat sekarang ini.
Ketika kita belajar untuk mengajar dengan memakai cara otak yang masih alami, akan sangat membantu jika kita memiliki pemahaman tentang anatomi otak. Karena saat proses pembelajaran kita akan selalu melibatkan seluruh bagian tubuh, otak bertindak sebagai pos perjalanan untuk stimulasi yang akan datang. Semua input sensori di sortir, diprioritaskan, diproses, disimpan atau dibuang ke dalam ruang bawah sadar sehingga diproses oleh otak. Setiap detik sebuah neuron atau sel saraf dapat mencatat dan mentranmisikan antara 250 sampai 2500 impuls. Kalau dikalikan kemampuan tranmisi ini dengan jumlah neuron maka kita akan mendapatkan estimasinya (sekitae seratus juta), Anda bisa mulai menbayangkan bagaimana tak terukurnya potensi belajar manusia itu (hal.40).
Memang System pembelajaran berbasis pada kemampuan otak, sebenarnya sejalan dengan beberarapa aliran pendidikan modern, yang termasuk dalam aliran progresivisme. Aliran pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan dengan titik tekanya pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman (experience) pada umumnya (William F. O’neill, 1981).
Tujuan kuriklum pendidikan yang berbasis pada kemampuan otak adalah melatih kita agar kelak otak kita dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja berdasarkan pada otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya dapat mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.didiknya.
Kurikulum pendidikan yang berbasis pada otak adalah system kurikulum yang mengakomodasi pengalaman-pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Sedangkan metode pendidikannya lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing (Mudyaharjo, 2001).
Lebih jauh lagi, kita sendiri harus segera berhenti menciptakan korban baru dengan melengkapi berbagai strategi baru yang menuntut adanya perubahan yang dapat kita jalankan. Setiap strategi yang berbasis pada kemampuan otak yang ada dalam buku ini dapat dicapai dan dicerna oleh berbagai kalangan sekaligus menawarkan solusi-solusi pembelajaran brain-based dengan sangat baik, inovatif, dan rendah biaya.
Oleh sebab itu, yang muncul saat ini bukan lagi sebuah pertanyaan tentang” bisakah kita” melainkan “maukah kita”. Udah tiba waktunya untuk mengubah pemikiran? Penelitian terhadap apa saja yang dapat berjalan dengan baik merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan perubahan secara komprehensif.
Kita semua adalah para pelajar alami yang sangat baik. Anak-anak yang gagal dalam bangku sekolah merupakan sebuah indikasi dari adanya sisitem yang salah, bukan otak yang salah, melainkan sekolah kita sudah kenyang dengan pukulan!
Faktanya ketika para siswa diberikan lingkungan yang optimal bagi pembelajaran, maka tingkat kelulusan akan semakin meningkat, kesulitan dan masalah-masalah yang lainnya akan semakin berkurang. Sehingga kecintaan akan belajar juga semakin bersemi dan organisasi pembelajaran tumbuh dengan subur.
Singkatnya, mencipkan sebuah organisasi di sekitar cara otak belajar yang terbaik secara alami barangkali adalah reformasi pendidikan yang paling sederhana dan paling kritis yang pernah disajikan. Pada kenyataannya, dari semua bentuk reformasi, tak ada yang dapat memberikan pengembalian yang lebih atas investasi waktu , tenaga dan uang Anda kecuali mengembangkan pendekatan brain-based.
Mengubah Sistem Pendidikan Kita Mengubah Sistem Pendidikan Kita Reviewed by Unknown on 11:28 Rating: 5

No comments:

ads
Powered by Blogger.